Uskup Mgr. Maksimus Turun ke Umat, Dikalungi Muslimah Hingga Disuapi Kue

Uskup Mgr. Maksimus diterima pertama di KBG Santu Petrus. Menurut umat setempat, KBG Santu Petrus selain karena lokasi gereja ada di KBG tersebut, juga karena Santu Petrus adalah santu pemegang kunci pintu surga. Sehingga, kata umat, Uskup Mgr. Maksimus dibukakan pintu untuk merayakan doa bersama umat di Paroki Wae Sambi.
Perayaan ibadah yang dilaksanakan di rumah Marianus Yono Jehanu, salah satu umat KBG Santu Gregorius diikuti oleh seluruh umat dari tujuh KBG di wilayah tiga Paroki Wae Sambi.
Baca Juga:
Ketujuh KBG tersebut adalah KBG St. Petrus, KBG St. Arnoldus, KBG Sta. Theresia, KBG St. Gregorius, KBG St. Mikael, KBG Sta. Elisabet
KBG Sta Dolororata.
Uskup Mgr. Maksimus Regus didampingi oleh Romo Martin Wiliam, Romo Erik Ratu, Romo Martinus Tolen dan Pastor Paroki Wae Sambi, Romo Risno Maden.
Dalam kotbahnya, Uskup Mgr. Maksimus mengungkapkan bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan umatnya. "Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Tuhan selalu bersama kita," ungkapnya.
Uskup Mgr. Maksimus pun mengingatkan umat yang hadir akan peran Bunda Maria. "Bunda Maria adalah Tokoh yang spesial dalam hidup kita," katanya.
Sebagai komunitas, lanjut Mgr. Maksimus, syarat utamanya adalah perjumpaan.
"Perjumpaan Maria dan Elisabet menjadi kuat karena ada percakapan. Mereka saling meneguhkan. Elisabet mendengar salam Maria, pun sebaiknya. Kita tidak menyebutnya keluarga, kalau tidak ada perjumpaan dan percakapan," lanjut Mgr. Maksimus.
Uskup pertama di Keuskupan Labuan Bajo itu juga menyinggung soal komunitas yang berpengharapan.
Menurutnya, komunitas yang berpengharapan adalah komunitas yang ada pertumbuhan iman.
"Komunitas yang bersaksi. Komunitas yang hidup bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang lain.
Tidak menjadi orang katolik yang narsis. Orang katolik yang hanya untuk dirinya sendiri," serunya dalam kotbah.
Setelah perayaan ekaristi dilanjutkan dengan acara potong tumpeng dan kue ulang tahun paroki. Saling suap antara umat dan uskup menjadi pemandangan indah dalam acara ulang tahun paroki Wae Sambi yang ke 10 itu.
Yanti dan Helni, dua Muslimah yang mengalungi Uskup Mgr. Maksimus mengungkapkan bahwa mereka bangga telah mengambil bagian dalam acara rohani tersebut.
"Kami bangga bisa mengalungi Bapa Uskup. Kita merasa bangga ketika dipercayakan untuk mengambil bagian dalam kegiatan ini," ungkap Yanti ketika diwawancara usai ibadah.
Menurut mereka, hal seperti itu memang sudah menjadi budaya. "Kita memang punya kewajiban untuk saling mengisi. Itu bentuk rasa toleransi kita," lanjut Yanti.
Ia berharap, toleransi antara umat tetap terhaga. "Kita berharap, ini [toleransi] tetap terjaga ya. Kita juga mau agar Imam, pimpinan Paroki bisa mengambil bagian juga dalam kegiatan [Ibadah] kami," pintanya.
Selain Yanti dan Helni, pantauan Jurnalis media ini di tempat ibadah, beberapa umat muslim ikut dalam ibadah.

Mantan Pimpinan Cabang Bank Plat Merah di Sergai Jadi Tersangka Dugaan Korupsi 1,3 Miliar

Ketua DPRD Mabar Sambangi Kementerian ATR/BPN Terkait Ganti Rugi Lahan Embung Anak Munting

Wabup Weng Titip Pesan ke 78 Calon Jemaah Haji, Ceritakan kepada Semua Orang Bahwa Labuan Bajo Itu Surga Dunia

Lady Sport Bilah Hulu Dan Persani Gelar Senam Sehat Bersama Masyarakat

STMIK Kaputama Binjai Siapkan Pendidikan Berkualitas: Dukung Program Pemerintah
