Menakar Kenaikan Harga BBM di Pasar Modal, Buy or Sell Nih?

- Selasa, 06 September 2022 07:41 WIB
Menakar Kenaikan Harga BBM di Pasar Modal, Buy or Sell Nih?
IHSG (Foto: Ilustrasi)

bulat.co.id - Keputusan pemerintah menaikkan harga BBM Solar, Pertalite, dan Pertamax menimbulkan polemik di Indonesia. Meski sudah beberapa kali disinggung sebelumnya terkait bengkaknya subsidi BBM, tetap saja gejolak di masyarakat muncul.

Advertisement

Salah satu hal yang dikhawatirkan dari kenaikan harga BBM adalah memicu kenaikan harga-harga bahan pokok. Alhasil laju inflasi akan semakin kencang. Nah pertanyaannya seberapa besar guncangan kenaikan harga BBM ini menggoyang pasar modal?

Baca Juga:

Kementerian Keuangan mengakui kenaikan harga BBM akan mengerek inflasi. Diprediksi inflasi sampai akhir tahun meningkat 1,9%.

Meski begitu, Kemenkeu mengaku akan menjaga tetap di bawah 7%. Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu memproyeksi inflasi Indonesia tahun ini berkisar hingga Rp 6,8%.

Sementara itu Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan, biasanya jika ada kenaikan harga BBM dampaknya terhadap inflasi bulanan akan terasa dalam 2 bulan ke depan.

"Bulan ketiga keempat akan turun kembali ke angka 4,5% bukan lebih rendah lagi, tetap tinggi. Cuma inflasinya ini karena BBM kan sekitar 6-7%. Jadi nanti akan kembali ke 4,5% lagi di bulan ke tiga pada November atau Desember," terangnya.

Namun Tauhid menegaskan, inflasi bulanan akan kembali melandai asalkan tidak ada lagi keputusan yang bisa mendorong laju harga kebutuhan pokok seperti kenaikan harga BBM tersebut.

Nah dampaknya terhadap pasar modal menurut Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada setiap kenaikan harga BBM memang akan selalu dipersepsikan negatif. Salah satunya karena akan memicu laju inflasi.

Namun ada hal yang menarik, setelah pengumuman kenaikan harga BBM pada Sabtu kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di perdagangan Senin justru berada di zona hijau. Tercatat IHSG ditutup menguat 0,76% ke level 7.231.

"Ketika pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga BBM dengan alasan untuk mengurangi beban subsidi di APBN, tapi sebaliknya justru direspons positif oleh investor asing," ucapnya, dikutip detikcom, Selasa (6/9/2022).

Investor asing kemarin justru gencar melakukan pembelian, baik di pasar reguler maupun negosiasi. Tercatat net foreign buy kemarin mencapai Rp 1,51 triliun.

Menurut Reza persepsi investor asing terhadap kenaikan harga BBM lebih luas ke makro ekonomi. Mereka lebih melihat bagaimana dampaknya dari kenaikan harga BBM ini bisa mengurangi beban subsidi di APBN. Lalu apakah dengan begitu bisa memicu pertumbuhan ekonomi maupun sektor manufakturnya.

"Ya kita sudah beberapa kali mengalami kenaikan harga BBM, tapi nyatanya IHSG terus mengalami kenaikan. Jadi kenaikan BBM ini lebih ke sentimen sesaat. Mungkin pasar merespons negatif, mungkin iya, tapi itu hanya semacam shock terapi," terangnya.

Terkait inflasi ada beberapa sektor saham di pasar modal yang mungkin terpengaruh. Di antaranya adalah sektor konsumer dan ritel. Kemungkinan kedua sektor tersebut akan mengalami tekanan.

Namun ditegaskannya bukan berarti para investor lebih memilih untuk meninggalkan pasar. Mereka akan tetap berburu saham dengan melihat sektor-sektor potensial lainnya, seperti sektor komoditas maupun perbankan.

Selain itu fokus pelaku pasar diyakin akan teralihkan dengan adanya musim rilis laporan keuangan kuartal III. Keputusan berinvestasi akan lebih di titikberatkan pada kinerja keuangan para emiten.

"Dengan adanya rilis laporan keuangan itu bisa saja menutupi sentimen kenaikan BBM ini. Mereka mungkin akan melupakan kenaikan harga BBM dan fokus ke kinerja," ucap Reza.

Reza meyakini, di sisa 4 bulan tahun ini IHSG masih memiliki peluang untuk meningkat. Dia memprediksi IHSG bisa mencapai level 7.350-7.400. Namun dengan catatan tidak akan kejadian mengejutkan yang tidak bisa diprediksi.

"Kan nggak tahu ke depan bagaimana, apakah tiba-tiba Rusia dan Ukraina perang lagi, atau Korea Utara mainin rudalnya lagi. Itu kan jadi sentimen negatif yang tidak bisa diprediksi," tutupnya. (Red)

Tags
Berita Terkait
Komentar
Berita Terbaru