Hati-Hati, Pekerja Kantoran Lebih Beresiko Kena Penyakit Jantung

- Rabu, 05 Oktober 2022 16:24 WIB
Hati-Hati, Pekerja Kantoran Lebih Beresiko Kena Penyakit Jantung
Kegiatan Praktikum Mahasiswa Program Studi Ekonomi di Laboratorium Pengembangan Bisnis dan Penelitian Ekonomi Universitas Pertamina. (Foto: Istimewa)

bulat.co.id - Riset yang dilakukan American Heart Organization menunjukkan, penyakit jantung menyebabkan 19,1 juta kematian tahun 2020.

Advertisement

Hal yang sama diungkap pada penelitian Ni Putu Mia Tarani, mahasiswa Program Studi Ekonomi Universitas Pertamina. Ia menjelaskan hubungan faktor sosial ekonomi dengan probabilitas penyakit jantung dan TB.

Baca Juga:

“Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko gangguan kesehatan penyakit jantung dan TB direpresentasikan oleh faktor sosial ekonomi individu, seperti tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan. Penelitian ini juga membandingkan faktor kesehatan individu berdasarkan usia, tekanan darah, jumlah konsumsi rokok, dan status gizi individu,” kata Mia.

Penelitiannya menemukan pekerja di sektor formal seperti pekerja kantoran, memiliki risiko terjangkit penyakit jantung lebih tinggi sebesar 0,31 persen dibanding orang yang bekerja pada sektor non-formal. Pasalnya, para pekerja di sektor formal memiliki tuntutan pekerjaan dan tingkat stress yang lebih tinggi. Padahal tingkat stress cenderung memiliki hubungan langsung dengan penyakit jantung.

Berbeda dengan penyakit TB yang salah satunya disebabkan oleh faktor ekonomi, faktor penyebab penyakit jantung ternyata dipicu oleh faktor sosial. Tingkat pendidikan misalnya. Menurut penelitian Mia, individu dengan tingkat pendidikan SMA dan perguruan tinggi memiliki probabilitas terserang penyakit jantung akibat kurangnya penerapan pola hidup sehat.

Sejalan dengan hasil penelitian, data dari Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2014 mencatat, umumnya yang terkena penyakit jantung berusia di atas 15 tahun. Pengaruh lainnya seperti gaya hidup, pola tidur, dan pola makan, menjadi faktor pemicu penyakit jantung.

“Kesadaran masyarakat terhadap penyakit menular dan tidak menular masih tergolong rendah. Upaya yang saya lakukan salah satunya dengan menyusun dan mempublikasikan penelitian, serta memberikan edukasi kepada lingkungan terdekat,” jelas Mia, Rabu (5/10/2022).

Hasil penelitiannya ini sudah dipresentasikan di konferensi internasional yang diselenggarakan oleh Indonesian Health Economics Association (InaHEA), pada bulan September tahun 2021.

Kemudian, penelitian Mia berhasil dipublikasikan di Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia dengan judul “Probabilitas Risiko Terkena Penyakit Jantung dan TB Berdasarkan Faktor Sosio-Ekonomi dan Demografi”.

Data penelitian ini, menurut Mia, diambil dari Survei Aspek Kehidupan Rumah Tangga Indonesia (SAKERTI) yang mewakili 83 persen populasi Indonesia. “Data dari SAKERTI ini bersifat longitudinal dan data yang saya gunakan adalah data survey terbaru SAKERTI di tahun 2014-2015,” jelas Mia. (Red)

Tags
Berita Terkait
Komentar
Berita Terbaru