Cerita Relawan Lintasan Kereta Tanpa Pintu di Pemalang Yang Tak Pernah Diperhatikan PT. KAI

Dalam menjaga perlintasan ini, mereka melakukannya secara bergantian. Ada yang berjaga dari pagi sampai siang, siang sampai malam dan terakhi malam sampai pagi.

Salah seorang relawan penjaga lintasan kereta bernama Edi (60) warga Comal Kelenteng, Kecamatan Comal yang berhasil di temui awak media pada Sabtu sore (10/6/23) mengaku jika dirinya sudah 5 tahun, menjaga lintasan kereta api tanpa pintu di Desa Cibeyuk.

Baca Juga:

• Dirut PLN Mendatang Idealnya Dari Kalangan Internal, Lebih Beretika dan Tidak Mengejar Kekayaan
• RBS Minta Kapolrestabes Medan Netral di Pilkada dan Pilgubsu
• Tolak Politik Dinasti, Relawan Blok Sumut Siap Menangkan Edy - Hasan di Pilgubsu 2024

"Sudah 5 tahun saya berdiri menjaga lintasan kereta tanpa pintu ini, dan selama itu pula belum ada dari pihak KAI yang kesini, menengok kegiatan kami," keluhnya.

Menurut Edi, untuk upah lelah dirinya dan temannya, hanya berharap pemberian dari warga yang melintas dan merasa simpati.

"Kami menaruh keranjang kecil buat warga memberikan apresiasi atas jerih lelah kami," tuturnya.

Edi yang rumahnya jauh dari lokasi tempatnya menjaga lintasan kereta api ini, berharap semoga ada perhatian dari pihak Kereta Api Indonesia (KAI).

"Ya, kami sangat berharap pihak KAI datang melihat kami. Perhatikan kami," harapnya.

Dari pantauan awak media di lokasi lintasan kereta api tanpa pintu ini, memang sangat rawan kecelakaan, apabila tidak ada relawan seperti Edi dan teman- temannya, kemungkinan tingkat kecelakaan di lokasi tergolong tinggi.

Arus lalulintas di lintasan kereta tersebut cukup ramai, sehingga sudah selayaknya untuk menghindari kecelakaan, pihak KAI secepatnya memasang palang pintu, pada jalur lintasan kereta di Desa Cibeyuk, Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang.