Waspada Tekanan Daya Beli di Masa yang Akan Datang

Menjalankan kebutuhan hidup menjadi semakin sulit dengan kondisi isi kantong masyarakat yang semakin tipis. Ini menjadi tantangan untuk kesempatan selanjutnya.
Masalah paling mendekati adalah potensi penurunan produksi dari lahan pertanian yang diiringi oleh musim kemarau di wilayah Jawa.
Baca Juga:
Jika produksi turun, komoditas pangan memiliki potensi untuk meningkatkan harganya. Akibatnya, daya beli masyarakat turut merosot.
Kecewa di tahun ini, daya beli tertahan walaupun dari agenda rilis data deflasi serta banyak acara dan bantuan pemerintah seperti Pilpres, Pileg, bantuan pangan dan tunai.
Selain itu, liburan yang sengaja diperpanjang untuk mendongkrak belanja masyarakat juga tidak memberikan hasil yang diharapkan untuk menjaga daya beli.
Tahun depan, pemerintah tetap akan menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12%. Selain itu, dalam waktu dekat, pemerintah berencana menerapkan skema distribusi BBM subsidi (pertalite) yang dibatasi.
Ada tiga masalah utama yang dapat kembali menekan daya beli masyarakat dalam waktu dekat dan potensial memicu terjadinya inflasi, yakni cuaca, pembatasan subsidi, dan kenaikan PPN.
Cuaca menjadi masalah yang sulit diproyeksikan, meskipun telah memberikan dampak buruk pada beberapa sentra produksi pangan di Jawa. Hal ini bisa memberikan sebuah kemungkinan terjadinya inflasi menjelang akhir tahun ini.
Oleh karena itu, kita diperlukan untuk waspada terhadap tekanan daya beli di masa depan dan bagaimana cara menghadapinya dengan baik.

Sejumlah Kandidat Menteri Belum Jadi Kabar Baik IHSG Dan Rupiah, Harga Emas Cetak Rekor Sejarah

Mayoritas Bursa Di Asia Melemah, IHSG Masih Mampu Dibuka Menguat
