Hindari Bencana dan Datangkan Hujan, Masyakarat Suku Kaso di Pemalang Membuat Boneka Brendung

Hindari Bencana dan Datangkan Hujan, Masyakarat Suku Kaso di Pemalang Membuat Boneka Brendung
- Senin, 27 Februari 2023 20:43 WIB
Hindari Bencana dan Datangkan Hujan, Masyakarat Suku Kaso di Pemalang Membuat Boneka Brendung
Foto: bulat.co.id/Ragil Surono
Masyakarat Suku Kaso di Pemalang Membuat Boneka Brendung
bulat.co.id -Masyarakat suku kaso atau biasa disebut orang Kaso di daerah Kecamatan comal, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, masih mempertahankan adat istiadat unik didalam menghindari bencana alam atau mendatangkan hujan di saat musim kemarau panjang tiba.

Kaso atau suku Kaso yang bertempat tinggal di kawasan Desa Sarwodadi, Kecamatan Comal, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, dikenal oleh sebagian masyarakat kota Pemalang sebagai gambaran pribadi yang lugu dan jujur, bicara apa adanya, dekat dengan alam dan kuat dalam memegang tradisi budaya yang ada.

Kawasan komunitas warga kaso sendiri, sebenarnya berada tidak jauh dari jalur trans jawa ,yaitu hanya sekitar 5 kilometer arah ke utara dari jalan raya Pemalang - Pekalongan, mereka tidak mendiami di suatu tempat yang terisolir, seperti mungkin gambaran orang.

Warga masyarakatnya kebanyakan berprofesi sebagai petani dan pedagang, sisanya kaum buruh dan pegawai kantoran. Untuk tingkat pendidikan warga masyarakat kaso juga mengalami kemajuan dalam sektor ini, banyak anak-anak muda suku kaso menyandang predikat sebagai sarjana.

Saat ini satu-satunya budaya tradisional yang masih di pertahankan oleh suku kaso adalah brendung.

Sebuah boneka yang terbuat dari tempurung kelapa dan penuh mengandung magis. Pasalnya brendung bisa terbang sendiri dan sangat berat ketika di pegangi empat atau enam orang sekaligus.
Baca juga:Pisang Goreng Kalahkan Churros Dari Spanyol

Prakoso (45) salah seorang perangkat desa sekaligus sebagai ketua paguyuban seni brendung Desa Sarwodadi, Kecamatan Comal mengatatakan, brendung sebagai sarana warga untuk menolak bencana di kampung mereka

"Kesenian brendung ini biasanya diadakan sebagai sarana penolak bencana atau mendatangkan hujan," katanya.

Kesenian brendung sendiri merupakan kesenian dalam bentuk boneka yang terbuat dari tempurung kelapa untuk bagian kepala boneka, sedangkan tubuh' boneka terbuat dari bambu, boneka di rias sedemikian rupa termasuk di kasih baju sehingga menyerupai wanita cantik lalu di tancapkan pada alas tampah atau penampi. Menurut si pembuat brendung, boneka cantik tersebut di ibaratkan bidadari atau menurut istilah setempat disebut dengan brendung.

Dalam permainan brendung 4 atau 6 wanita di perbantukan sebagai pelantun (penyanyi.red) sedangkan untuk yang memimpinnya di sebut sebagai mlandang.

Tugas mlandang memainkan boneka bidadari (brendung) sekaligus sebagai pemeran utama dalam pementasan lakon brendung tersebut. Sedangkan ada 4 orang lagi yang tugasnya memegang tali dari 4 sisi supaya boneka bidadari atau brendung tidak lepas.
Baca juga:Awal Mula Tari Grombyang Khas Pemalang

Jika boneka yang disebut sebagai mbok brendung tersebut sudah bergerak menari-nari, keempat tali yang di pegang terasa sangat berat sekali. Ini artinya boneka brendung sudah berhasil di masuki roh halus, karena memang permainan boneka brendung sarat dengan magis yang dengan sengaja menyertakan roh halus yang di undang oleh mlandang si pemimpin tari tersebut.

Menurut prakoso pemimpin seni budaya brendung Desa Sarwodadi, apabila pemimpin tari yang bernama mlandang telah berhasil mengundang dan memasukan roh halus ke tubuh brendung, maka brendung akan menari-nari seperti berontak mau lepas terbang.

"Baru permainan brendung akan seru banyak di tonton warga," katanya.

Ditempat terpisah, Haryanti (55) seorang warga Kepungan, Kelurahan Bojongbata, Kecamatan Pemalang, mengatatakan sudah mengenal tradisi Brendung sejak ia masih kecil.

"Saat saya kecil brendung sering di pakai buat sarana mendatangkan hujan, biasanya ditaruh di kuburan saat mau maghrib dan besoknya diambil menjelang maghrib juga, dua atau tiga hari biasanya benar-benar turun hujan," katanya ketika di wawancari oleh awak media (27/2/2023).
Baca juga:Fantastis, Riswanto Penjual Buah Rambutan di Pinggir Jalan Raup Omzet Puluhan Juta Dalam Sehari

Terpisah, Kabupaten Pemalang menurut rabadi (63) seorang pemerhati sejarah mengatakan budaya seperti Brendung harus dilestarikan agar bisa terus dinikmati generasi selanjutnya.

"Ternyata masih banyak menyimpan dunia magis baik benda pusaka dan budayanya, yang harus dipertahankan sebagai sarana warisan budaya kepada anak cucu kita kelak," kata Rabadi.

Advertisement
Editor
:
Tags
Berita Terkait
Komentar
Berita Terbaru