Korban Tewas Akibat gempuran Israel Saat Antre Bantuan di Gaza Capai 400 Orang

Hadi Iswanto - Selasa, 12 Maret 2024 21:30 WIB
Korban Tewas Akibat gempuran Israel Saat Antre Bantuan di Gaza Capai 400 Orang
Warga Gaza berbuka puasa di tengah reruntuhan
bulat.co.id - Korban tewas akibat gempuran Israel terhadap warga Palestina yang mengantre bantuan terus bertambah. Kini, tercatat lebih dari 400 orang tewas.

Serangan Israel tersebut menuai kecaman keras dari internasional sejak terjadi pada Februari lalu. Teranyar, kantor media Gaza mengatakan serangan terbaru Israel terjadi saat orang-orang menunggu bantuan di Bundaran Kuwait.

Advertisement

"Tentara pendudukan bersikeras menargetkan mereka yang mencari nafkah untuk anak-anak mereka untuk memuaskan rasa lapar mereka," jelas laporan kantor berita Gaza dikutip dari Al Jazeera, Selasa (12/3).

Baca Juga:

Bundaran Kuwait berada di antara wilayah tengah Jalur Gaza dan Kota Gaza, tempat masyarakat berkumpul dalam kelompok besar menunggu truk bantuan.

"Sejauh ini, setidaknya 11 orang dilaporkan tewas akibat serangan langsung oleh tank Israel yang ditempatkan di sekitar wilayah tersebut, beberapa orang terluka, hampir 25 orang, dengan luka yang berbeda-beda," jelas paramedis di rumah sakit al-Shifa.

Krisis kemanusiaan di Palestina terus memburuk akibat serangan Israel. Selain tewas karena serangan, banyak orang meninggal karena dehidrasi dan kelaparan.

Kondisi itu pun kini terjadi di tengah suasana Ramadan. Sebagian masyarakat kesulitan mendapat akses makanan untuk berbuka puasa.

Di kota Rafah, di perbatasan selatan Gaza tempat 1,5 juta orang mengungsi, makanan berbuka puasa yang biasanya berlimpah di akhir puasa digantikan dengan makanan kaleng dan kacang-kacangan.

"Kami tidak mempersiapkan apa pun. Apa yang dimiliki para pengungsi?" kata warga Khan Younis, Mohammad al-Masry, yang mengungsi.

"Kami tidak merasakan nikmatnya Ramadan. Lihatlah orang-orang yang tinggal di tenda dalam cuaca dingin," ujarnya.

"Ramadan (kali ini) memiliki rasa darah dan kesengsaraan, perpisahan dan penindasan," kata Om Muhammad Abu Matar, yang juga merupakan pengungsi dari Khan Younis.

Tags
Berita Terkait
Komentar
Berita Terbaru