Kalau Bukan Asli Gadis Jangan Coba Main Tari Sintren

Kalau Bukan Asli Gadis Jangan Coba Main Tari Sintren
- Kamis, 02 Maret 2023 22:50 WIB
Kalau Bukan Asli Gadis Jangan Coba Main Tari Sintren
Foto: Istimewa
pementasan seni tari sintren di gedung serbaguna Pemalang
bulat.co.id -Seni Budaya kota Pemalang yang masih bertahan dan hampir punah adalah kesenian Tari Sinten. Seni tari yang syarat mistis ritual dan sesajian, eksistensinya perlahan tergerus oleh arus modernisasi serta arus budaya luar yang masuk ke daerah berjuluk 'pusere Jawa' ini.

Kesenian asli masyarakat pesisir pantai utara jawa ini, terdapat dibeberapa daerah antara lain, Pemalang, Pekalongan, Brebes, Banyumas, hingga daerah Jawa barat, seperti Cirebon, Indramayu dan Jatibarang.

Kesenian sintren sendiri dari beberapa penuturan seniman di Pemalang, berawal dari sebuah kisah cinta Sulandono seorang anak dari Ki Bahurekso hasil pernikahan dengan Dewi Rantamsari, yang memadu kasih dengan Sulasih seorang putri dari Kalisalak, namun tidak mendapatkan restu dari Ki Bahurekso.

Sulandono patah hati dan pergi bertapa , sedangkan Sulasih memilih tidak menikah seumur hidup, Namun meski terpisah di dunia nyata,mereka masih sering bertemu melalui alam ghaib.

Pertemuan keduanya diatur oleh Dewi Rantamsari yang memasukan roh bidadari ke tubuh Sulasih dan memanggil roh anaknya.
Baca juga: Wanita Cantik Berwajah Indo Jerman Jadi Pawang Kuda Lumping di Pemalang

Sulandono yang sedang bertapa, sejak saat itulah setiap kali diadakan pertunjukan sintren,sang penari pasti dimasuki roh bidadari oleh pawangnya, seperti halnya kisah Sulasih dan Sulandono.

Namun ada syarat yang harus dipenuhi, sang penari sintren harus wanita yang masih suci alias gadis.

Menurut Wasmo (60) ketua paguyuban seni sintren Putra Kendali, Desa Sodong, Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang mengatatakan, seorang penari diharuskan seorang gadis perawan.

"Untuk menjadi penari sintren, harus asli perawan belum pernah disentuh laki-laki dan ritualnya juga ditempuh sejak kecil (puasa)," katanya.

"Tidak cukup hanya itu, ketika akan menari seorang sintren, selama 39 hari dalam waktu 24 jam, hanya makan satu buah pisang dan setelah memasuki waktu 40 hari penari sintren harus NGEBLENG tidak makan dan minum dalam sehari," ujarnya.
Baca juga: Berikut Kerajinan Tangan yang Dibuat Warga Binaan Pemasyarakatan Rutan Pemalang

Saat menari biasanya sintren didampingi oleh seorang wanita yang lebih tua disebut pawang. Tugas wanita itu untuk menjaga sewaktu-waktu sintren pingsan, karena bersentuhan dengan tangan laki-laki atau mendapat lemparan uang dari para penonton.

Dalam kesempatan yang sama, Dalang kuda lumping dan sintren Karyo (70) mengatatakan, jika sebelum menari sintren di masukan dalam sebuah karung kemudian di ikat dan ditutup dengan kurungan besar bentuknya seperti kurungan ayam.

Setelah dibacakan mantra dan di asapi dengan kepulan wewangian dupa, sejurus kemudian kurungan di buka nampak sang penari sintren,sudah melepaskan tali yang mengikatnya dengan melepaskan sendiri tanpa bantuan dari orang lain.

Kemudian sintren bangun, sambil tubuhnya meliuk liuk tubuhnya menari di iringi rampak musik gamelan jawa.

Baik Wasmo selaku ketua paguyuban seni sintren maupun Karyo sang Dalang, menyayangkan sikap pemerintah, yang belum memperhatikan kelestarian seni sintren tersebut.

"Belum ada perhatian dari pemerintah," kata Karyo dengan suara parau.

Advertisement
Editor
:
Tags
Berita Terkait
Komentar
Berita Terbaru